Pernahkah terbersit dibenak Anda bagaimana malam Natal pertama kali dirayakan? Apakah kerubim dan serafim para malaikat begitu tampak sibuk dimainkan pada malam itu?
Ya, mungkin para malaikat surge begitu sibuk luar biasa mempersiapkan pertunjukan untuk menyambut kehadiran sang Juru Slamat di bumi. Sementara malaikat lain menyusun rencana untuk menampakkan sebuah bintang khusus yang menuntun orang-orang majus yang datang menyaksikan kelahiran Yesus. Mungkin pula, malaikat lainnya sedang mengawasi Yusuf dan Maria tatkala keduanya menuju kandang domba.
Kita tentu saja tak pernah tahu apa yang sesungguhnya terjadi kala itu. Namun yang perlu diketahui adalah bahwa ketika semua telah bersiap-siap ‘Allah mengutus anak-Nya (Galatia 4: 4)’ . Dan semua penghuni surga berkumpul tatkala Raja dari segala raja dan Tuhan di atas segala tuhan itu meninggalkan kemuliaan-Nya dan meletakkannya di bawah kaki sang Bapa sembari berkata, “Engkau telah menyediakan tubuh bagiku…sungguh Aku datang…untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku (Ibrani 10: 5, 7)”.
Seperti diketahui, perayaan Natal yang pertama benar-benar dirayakan secara sederhana. Orang-orang yang berkumpul kala itu terdiri dari; Maria, Yusuf, para gembala dan orang Majus. Mereka justru tampak bersahaja, bahkan tempat kelahiran Yesus hanya sebuah kandang domba. Para gembala dan orang Majus yang datang sejenak rela meninggalkan pekerjaannya untuk menyaksikan apa terjadi kala itu. Mereka benar-benar ingin menyaksikan bayi yang terletak dalam palungan.
Orang-orang yang menyaksikan kelahiran Yesus memberikan persembahakn yang juga sangat sederhana, dimana Maria dan Yusuf mempersembahkan ketaatannya, para gembala dengan persembahan kasih yang mendalam serta orang-orang majus dengan emas, kemenyan dan mur.
Sementara di saat yang sama, banyak orang di luar sana yang justru kehilangan momen tersebut. Mereka sibuk dengan kesibukannya sendiri. Bisa dibayangkan bagaimana para pemilik penginapan yang menolak Maria dan Yusuf pertama kali tetap memusatkan perhatiannya untuk melayani para tamu. Sementara mereka yang menginap terpulas tidur sepanjang malam, belum lagi dengan Raja Herodes yang dipenuhi dengan perasaan hkhawatir dengan berita kelahiran Yesus. Istana dan hasratnya menjadi seorang raja dianggap lebih penting daripada apapun.
Kesibukan yang seperti itu pula yang masih terus terjadi hingga saat ini setiap kali menyambut perayaan Natal. Kita lebih menyukai tradisi hura hura, pesta mewah dan kesenangan sejenak. Kita hanya memandang Natal sebagai momen untuk memuaskan diri sendiri. Padahal Tuhan jauh lebih menginginkan kesederhanaan dan pemahaman yang kuat akan makna kehadiranNya ke dunia.
Dengan itu, akan jauh lebih bermakna apabila kebiasaan-kebiasaan Natal selama ini diubah menjadi daftar kebiasaan yang bernilai kekal, seperti:
- Memberi perhatian lebih mendalam kepada anak-anak
- Memberi lebih banyak waktu dan penghargaan kepada orang tua dan pasangan
- Memberi perhatian dan kasih sayang kepada orang-orag di sekitar
Hal di atas adalah bentuk persembahan yang bertujuan kekal dan menyenangkan hati Tuhan karena merupakan sebuah tindakan yang melebihi hadiah pribadi yang begitu berharga dan mahal.
Sumber : Sabda.org/jawaban.com/ls